KUFUR DALAM AL-QUR’AN

PEMBAHASAN
a.                  Ayat-ayat Tentang Kufur
Kufur merupakan perkara yang banyak sekali di bicarakan di dalam al-Qur’an, terdapat banyak sekali ayat-ayat yang membahas tentang kufur, baik itu kufur nikmat, kufur maksiat, kufur nifaq.Namun didalam makalah ini, penulis hanya mengacu beberapa ayat saja yang berkaitan dengan perkara kufur, diantaranya surah al-Baqarah ayat 126, surah al-Maidah ayat 12 dan 73, surah al-Naml ayat 40 dan surah al-Hasyr ayat 16.

1.      Surah al-Baqarah ayat 126
وَإِذْقَالَإِبْرَاهِيْمُرَبِّاجْعَلْهَذَابَلَدًاآمِنًاوَارْزُقْأَهْلَهُمِنَالثَّمَرَاتِمَنْآمَنَمِنْهُمْبِاللهِوَالْيَوْمِالْآخِرِقَالَوَمَنْكَفَرَفَأُمَتِّعُهُقَلِيْلاًثُمَّأَضْطَرُّهُإِلَىعَذَابِالنَّارِوَبِئْسَالْمَصِيْرُ. (البقرة:١٢٦)
Artinya: Dan (ingatlah) tatkala berkata Ibrahim : Ya Tuhanku. Jadikanlah negeri ini negeri yang aman, dan karuniakanlah kepada penduduknya dari berbagai buah-buahan,(yaitu) barang­siapa yang beriman di antara mereka kepada Allah dan Hari Kemudian. Berfirman Dia : Dan orang-orang yang kafirpun, akan Aku beri kesenangan untuk dia sementara, kemudian akan Kami helakan dia kepada siksaan neraka, yaitu seburuk buruk tujuan. (Q.S. al-Baqarah: 126)

2.      Surah al-Maidah ayat 12
وَلَقَدْأَخَذَاللَّهُمِيثَاقَبَنِيإِسْرَائِيلَوَبَعَثْنَامِنْهُمُاثْنَيْعَشَرَنَقِيبًاوَقَالَاللَّهُإِنِّيمَعَكُمْلَئِنْأَقَمْتُمُالصَّلاةَوَآتَيْتُمُالزَّكَاةَوَآمَنْتُمْبِرُسُلِيوَعَزَّرْتُمُوهُمْوَأَقْرَضْتُمُاللَّهَقَرْضًاحَسَنًالأكَفِّرَنَّعَنْكُمْسَيِّئَاتِكُمْوَلأدْخِلَنَّكُمْجَنَّاتٍتَجْرِيمِنْتَحْتِهَاالأنْهَارُفَمَنْكَفَرَبَعْدَذَلِكَمِنْكُمْفَقَدْضَلَّسَوَاءَالسَّبِيلِ. (المائدة:١٢)
Artinya:Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian dari Bani Israil dan Kami telah mengangkat dua belas orang pemimpin di antara mereka. Dan Allah berfirman, "Aku bersamamu." Sesungguhnya jika kamu melaksanakan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, pasti akan Aku hapus kesalahan-kesalahanmu, dan pasti akan Aku masukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Tetapi, barang siapa kafir di antaramu setelah itu, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus. (Q.S. al-Maidah: 12)

3.      Surah al-Maidah ayat 73
لَقَدْكَفَرَالَّذِينَقَالُواإِنَّاللَّهَثَالِثُثَلاثَةٍوَمَامِنْإِلَهٍإِلاإِلَهٌوَاحِدٌوَإِنْلَمْيَنْتَهُواعَمَّايَقُولُونَلَيَمَسَّنَّالَّذِينَكَفَرُوامِنْهُمْعَذَابٌأَلِيمٌ. (المائدة:٧٣)
Artinya:Sungguh, telah kafir orang-orang yang mengatakan bahwa Allah adalah salah satu dari yang tiga, padahal tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa azab yang pedih. (Q.S. al-Maidah: 73)

4.      Surah al-Naml ayat 40
قَالَالَّذِيعِنْدَهُعِلْمٌمِنَالْكِتَابِأَنَاآتِيكَبِهِقَبْلَأَنْيَرْتَدَّإِلَيْكَطَرْفُكَ ۚفَلَمَّارَآهُمُسْتَقِرًّاعِنْدَهُقَالَهَذَامِنْفَضْلِرَبِّيلِيَبْلُوَنِيأَأَشْكُرُأَمْأَكْفُرُ ۖوَمَنْشَكَرَفَإِنَّمَايَشْكُرُلِنَفْسِهِ ۖوَمَنْكَفَرَفَإِنَّرَبِّيغَنِيٌّكَرِيمٌ. (النمل:٤٠)
Artinya:Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan ni`mat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". (Q.S. al-Naml: 40)
5.      Surah al-Hasyr ayat 16
كَمَثَلِالشَّيْطَانِإِذْقَالَلِلإنْسَانِاكْفُرْفَلَمَّاكَفَرَقَالَإِنِّيبَرِيءٌمِنْكَإِنِّيأَخَافُاللَّهَرَبَّالْعَالَمِينَ. (الحشر:١٦)
Artinya: (Bujukan orang-orang munafik itu) seperti (bujukan) setan ketika ia berkata kepada manusia, "Kafirlah kamu!" Kemudian ketika manusia itu menjadi kafir, ia berkata, "Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seluruh alam”. (Q.S. al-Hasyr:16)

b.                  Arti Mufradat
Dari beberapa ayat diatas, terdapat beberapa kalimat yang perlu dijelaskan arti mufradatnya, diantaranya sebagai berikut:
1.      Qardhan(قرضا)
Lafaz Qardhandi ambil dari kata qaradha yang mempunyai arti antara lain pinjaman.Qardh sinonimnya qatha’a yang berarti memotong.Diartikan demikian karena orang yang memberikan utang memotong sebagian dari hartanya untuk diberikan kepada orang yang menerima utang (muqtaridh).dinamakan dengan qardh karena pemilik memotong sebahagian hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian keuntungannya.Al-Qardh secara bahasa juga bisa diartikan dengan sebagian pinjaman atau hutang.
2.      Kufur
Kufur, secara bahasa, berarti ‘menutupi sesuatu’.Gelapnya malam disifatkan dengan kafir karena terhalang dari penglihatan manusia.Petani juga disebut dengan “kuffar” karena para petani adalah orang yang suka menutupi benih dengan tanah. Kata kufur dalam beberapa ayat di atas mempunyai berbagai sisi dari sifat kufur, ada kufur nikmat dan ada juga kufur inkar.



3.      Ba’atsa(بَعَث) dan Naqib(نَقِيب)
Kata ba’atsa pada mulanya mengutus, tetapi ia juga diartikan mengangkat, atau menempatkan, Kata naqaba pada mulanya berarti “melubangi dalam rangka mencari”. Kata naqib dalam ayat ini dapat berarti pemimpin-pemimpin yang mengurus dan menangani kepemimimpinan masyarakat kelompok bani Israil, dapat juga berarti orang-orang yang ditugaskan memata-matai dan mencari berita-berita yang berkaitan dengan musuh-musuh mereka, dan dapat juga berarti pemimpin tentara.Jika makna terakhir yang di pilih, maka kata ba’atsa lebih tepat dipahami dalam arti menempatkan.Sedang bila yang dimaksud dengan naqib adalah “pemimpin-pemimpin”, maka kata ba’atsa berarti ‘mengangkat’.Dan bila naqib diartikan ‘mata-mata’ maka ba’atsa berarti mengutus.
4.      ‘Azzar(عَزَّرْ)
Kata‘Azzar di ambil dari kata ‘uzur yang berarti mencela atau mencerca. Dalam arti yang lain yaitu bantuan yang dilakukan dengan penuh penghormatan. Takzir diartikan hukuman tanpa batas.Adapun ‘azzar yang dimaksudkan dalam surah al-Maidah ayat 12 berarti bantuan yang harus diberikan kepada orang yang di zhalimi.
5.      Layamassanna(لَيَمَسَّنَّ)
Kata Layamassanna diambil dari kata massayang berarti menyentuh atau menjamah, kata massasinonim dengan lams, akan tetapi kata lams diartikan dengan menyentuh sesuatu yang bisa saja tidak ada bentuknya. Sedangkan kata massa diartikan suatu keinginan untuk menyentuh sesuatu, jadi kata masis merupakan kunyah dari kata nikah.
6.      Tharf (طَرْفُ)
Tharf syai’artinya mengetepikan sesuatu yang ada disampingnya, kata tharf ini bisa di gunakan pada organ tubuh, waktu-waktu dan lainnya.Jika tharf ‘ain artinya gerakan kelopak mata dalam bentuk membukanya untuk melihat sesuatu. Dalam surah al-Naml ayat 40 kata tharf yang dimaksud adalah tharf ‘ain.
7.      Irtadda(ارْتَدَّ)
Kata irtadda (ارْتَدَّ) terambil dari kata (رد) radda yang berarti mengembalikan, dalam konteks ayat ini adalah tertutupnya kembali kelopak mata itu setelah sebelumnya terbuka.

c.                   Asbab al-Nuzul
Dari beberapa ayat yang menjadi pokok pembahasan dalam makalah ini, surah al-Baqarah ayat 126, surah al-Maidah ayat 12 dan 73, surah al-Naml ayat 40 dan surah al-Hasyr ayat 16, setelah ditelusuri dari beberapa literatur tafsir, buku-buku yang membahas tentang asbab al-nuzul, ternyata tidak satupun yang ditemukan riwayat asbab al-nuzulnya, karena sebagiannya merupakan penjelasan lanjutan dari ayat-ayat sebelumnya. Dengan demikian, berarti ayat-ayat yang menjadi pokok pembahasan disini merupakan ayat-ayat yang diturunkan dengan tanpa diduhului suatu kejadian atau pertanyaan tertentu.
1.      Surah al-Baqarah ayat 126
Dalam Surah al-Baqarah ayat 126 memberikan gambaran kesenangan yang diberikan kepada orang-orang kafir adalah kesenangan yang sementara, rezki yang sedikit yang mereka terima dan rasakan selama hidup di dunia, kemudian di akhirat nanti mereka terpaksa masuk neraka.
Dalam ayat ini dapat di pahami bahwa manusia diberi pahala dan diazab adalah karena perbuatan mereka sendiri.Maksudnya adalah manusia menjadi kafir dan fasik adalah atas kehendak dan kemauan sendiri.Kekafiran mereka kepada Allah itu menyebabkan mereka diazab sesuai dengan sunnatullah.
Doa nabi Ibrahim disambut Allah dengan firmannya, “Siapa yang kafir akan Ku senangkan sedikit dan sifatnya sementara, kemudian di hari kemudian nanti aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburut-buruk tempat kembali”. Bukan hanya yang beriman, tetapi yang kufur pun akan dia berikan walau hanya sedikit, sedikit dalam waktu dan kualitasnya jika dibanding dengan apa yang kelak akan dianugerahkannya kepada yang beriman kepadaNya dan hari kemudian.
Memang Allah tidak membeda-bedakan. Udara, air, dan yang lainnya, diberikan Allah kepada semua, baik yang muslim maupun yang kafir. Hukum-hukumNya berlaku sama. Dalam kehidupan di dunia menyangkut rezeki, semua diberi sesuai dengan hukum-hukum duniawi.Ganjaran ketaatan beragama, bukan di dunia tetapi di akhirat.Perolehan rezeki di dunia tidak berkaitan dengan kuat dan lemahnya iman seseorang.Orang-orang kafir pun wajar diberi kesenangan, bila mereka menyesuaikan diri dengan hukum-hukum duniawi yang ditetapkanNya. Namun, kesenangan yang diperolehnya itu, betapa pun banyak dan lamanya, hanya sedikit kadar dan waktunya dibanding keadaannya kelak. Karena di akhirat nanti akan mendapat siksa yang pedih.

2.      Surah al-Maidah ayat 12 dan 73
Ayat ini memulai uraiannya dengan kelompok pertama dari ahl al-kitab yaitu orang-orang Yahudi.Dilukiskan betapa kukuh perjanjian yang diambil dari mereka, dan memerintahkan nabi Musa untuk memilih di antara mereka dua belas orang pemimpin kelompok-kelompok keturunan bani Israil yang bertugas membimbing mereka.
Selanjutnya di akhir ayat di jelaskan bahwa barangsiapa yang kafir yakni melanggar perjanjian dan pesan-pesan Ku ini, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus.Seseorang yang kafir, baik sesudah maupun sebelum datangnya rasul, sebenarnya telah tersesat. Hanya saja dia dapat ditoleransikan jika ia kufur sebelum kedatangan rasul. Itu sebabnya Allah tidak akan menuntut tanggungjawab dari siapapun sebelum datangnya para rasul. Tetapi sesudah datangnya rasul dan perjanjian pun telah dijalin, maka kettika itu kesesatan benar-benar telah mencapai puncaknya.

Al-Maidah ayat 73
Ayat ini menerangkan bahwa Allah swt, menegaskan dengan sesungguhnya akan kekafiran orang nasrani yang berkata bahwa Allah yang menciptakan langit dan bumi adalah satu dari tiga oknum yaitu Bapak, Putera dan Ruhul Kudus. Karenanya pada ayat ini Allah memperingati orang nasrani supaya meninggalkan kepercayaan yang salah dan hendaklah mereka kembali kepada ajaran-ajaran Tauhid, dan jika mereka masih tetap pada kekafiran, yaitu mempersekutukan Allah maka akan dimasukkan ke dalam api neraka.
Kalimat kafir diantara mereka, mengesankan bahwa di antara orang-orang yang menganut paham Trinitas itu dan yang berkata bahwa Isa adalah Tuhan, diantara mereka ada yang tidak dinamai kafir.Satu pendapat yang yang menjawab kesan ini, yaitu bahwa ada di antara mereka yang memenuhi ayat ini agar mereka bertaubat, tetapi banyak juga di antara mereka yang diajak itu tetap menganut paham Trinitas dan bertahan dalam keyakinannya. Jadi yang bertahan dan tidak bertaubat itulah yang tetap kafir dan akan disiksa, sedang yang bertaubat itu tidak disiksa.

3.      Surah al-Naml ayat 40
Ayat ini merupakan lanjutan kisah keinginan Sulaiman untuk membawa singgasana ratu Balqis ke Baitul Maqdis, yang mana sebelumnya Ifrit menyatakan kesanggupannya untuk membawakan singgasana ratu Balqis sebelum nabi Sulaiman beranjak dari tempat duduknya. Namun, nabi Sulaiman belum puas dengan kesanggupan Ifrit, maka ia meminta kesanggupan dari hadirin yang lain. Maka jawablah seorang yang telah memperoleh ilmu dari alkitab: “aku akan membawa singgasana itu kapadamu dalam waktu sekejab mata saja”. Dan apa yang dikatakan orang itu terjadilah, dan singgasana ratu Balqis telah berada dihadapan Sulaiman.
Melihat peristiwa yang terjadi hanya dalam sekejap mata, maka nabi Sulaiman berkata: ini termasuk karunia yang telah dilimpahkan Tuhan kepadaku. Dengan karunia itu aku diujinya, apakah aku termasuk orang-orang yang mensyukuri karunia Tuhan atau termasuk orang-orang yang mengingkarinya. Sulaiman mengucapkan yang demikian itu karena telah yakin seyakin-yakinnya bahwa barangsiapa yang mensyukuri nikmat Allah, maka faedah mensyukuri nikmat Allah itu akan kembali kepada dirinya sendiri, karena Allah akan menambah lagi nikmat-nikmat itu, sebaliknya orang yang mengingkari nikmat Allah maka dosa pengingkarannya itu juga akan kembali kepadanya. Dia akan disiksa oleh Allah karena pengingkarannya itu.
Allah tidak akan bertambah kaya dengan kesyukuran hambaNya tidak pula disentuh kekurangan dengan kekufuran mereka karena sesungguhnya Tuhan pemelihara dan pembimbing ku Maha Kaya lagi Maha Mulia.
Sikap nabi sulaiman dalam menerima nikmat Allah adalah sikap yang harus dijadikan contoh teladan oleh setiap muslim. Sikap demikian itu akan menghilangkan sifat angkuh dan sombong yang ada pada diri seseorang dan juga akan menghilangkan rasa putus asa bagi seseorang yang dalam keadaan sengsara dan menderita. Karena mengetahui semuanya itu adalah cobaan dan ujian dari Tuhan kepada hamba-hambaNya.

4.      Surah al-Hasyr ayat 16
Ayat ini menceritakan bahwa orang-orang munafik yang berjanji dengan bani Nadir itu akan menolong bila diserang kaum Muslimin dan ikut mereka diusir dari madinah, adalah seperti perbuatan setan.Setan selalu merayu manusia agar mengingkari Allah dan tidak mengikuti agama yang telah disampaikan rasulNya.Tetapi bila manusia itu memerlukan pertolongan dalam menghadapi kesengsaraan dan malapetaka yang datang kepada mereka, setan berlepas diri dan tidak menepati janji-janjinya, bahkan mereka berkata, “aku takut kepada Allah Tuhan semesta alam”.
Allah menyamakan orang-orang munafik dengan setan itu, menunjukkan sifat-sifat orang munafik itu sama dengan sifat-sifat setan. Setan yang durhaka mematuhi hukum-hukum Allah, percaya bahwa Allah itu ada dan hanya Dia yang berhak disembah.
Ayat 16 surah al-Hasyr ini merupakan lanjutan dari ayat 11 sebelumnya yang membahas sikap orang-orang munafik terhadap bani Quraizhah.Dalam suatu riwayat Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Suddi yang berkata, “Beberapa orang dari Bani Quraizhah masuk Islam.Akan tetapi, di antara mereka terdapat beberapa orang munafik yang kemudian berkata kepada orang-orang dari Bani Nadhir, ‘Sekiranya kalian nanti diusir maka kami pun pasti akan keluar bersama kalian.’Berkenaan dengan merekalah turun ayat 11 surah al-Hasyr.

d.                  Pengertian Kufur
كفر berarti نقيض الإيمان (menghilangkan iman/tidak beriman). كفر merupakan bentuk masdar dari kata وكفورا وكفراناكفر, يكفر, كفرا. yang berarti ستر الشيئ (menutupi sesuatu). Ibnu Mandzhur menambahkan bahwa makna dasar kufur ialah menutupi sesuatu hingga rusaknya sesuatu itu.Penjelasan kufur:
والكفر: كفر النعمة, وهو نقيض الشكر والكفر: لجحود النعمة وهو ضد الشكر
Yang dimaksudkan kufur disini adalah kufur nikmat, maksudnya ialah menghilangkan syukur (tidak bersyukur) karena kufur nikmat. Dengan kata lain kufur adalah lawan dari pada syukur. Kufur menurut syara` berarti menolak suatu kebenaran setelah mengetahuinya.
Kufur artinya ingkar terhadap Allah swt, atau tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, baik dengan mendustakannya maupun tidak.Perbedaannya, kalau mendustakan berarti menentang dan menolak, tetapi kalau tidak mendustakan artinya hanya sekedar tidak iman dan tidak percaya.Dengan demikian kufur yang disertai pendustaan itu lebih berat dari pada kufur sekedar kufur.Atau bisa dikatakan kufur secara bahasa berarti menutupi.Sedangkan menurut syara’ kufur adalah tidak beriman kepada Allah dan Rasulnya, baik dengan mendustakannya atau tidak mendustakannya.

e.                   Macam-macam Kufur
Kufur dalan bahasa agama ada dua macam. Pertama, kufur akbar yaitu kufur yang menyebabkan seseorang keluar dari agama. Kedua, kufur ashghar yaitu kufur yang tidak menyebabkan seseorang keluar dari agama.
Kufur akbar terjadi bila patuh dan tunduk kepada hukum selain hukum Allah, atau mengijinkan menggunakan selain hukum Allah. Sedangkan kufur duna kufur, bila tidak menggunakan hukum Allah dalam suatu kejadian tertentu karena menuruti hawa nafsu, tetapi secara umum ia masih tetap patuh kepada hukum Allah swt.
Macam-macam kufur besar di antaranya:
Ø  Kufur dengan cara mendustakan, yaitu dengan mendustakan (tidak mempercayai) al-Qura’an atauHadits, dan dengan memdustakan sebagian yang ada pada keduanya.
Ø  Kufur karena enggan dan takabur, padahal sebenarnya ia percaya, yaitu tidak adanya ketundukan pada kebenaran meskipun ia mangakui adanya kebenaran tersebut.
Ø  Kufur dengan cara ragu-ragu terhadap adanya hari Kiamat, masalah-masalah ghaib atau mengingkari dan tidak mempercayainya.
Ø  Kufur dengan cara berpaling, yaitu barpaling dari ajaran islam serta tidak mempercayainya.
Ø  Kufur dengan cara nifaq, yaitu menampakkan kepercayaan terhadap Islam dengan lisan, tetapi tidak mengakuinya dalam hati serta menyelisihinya dalam amal perbuatan.
Ø  Kufur dengan cara menentang, yaitu orang yang mengingkari sesuatu dari agama yang diketahui secara umum (Hielmy, 2006: 75-79). Seperti rukun islam atau rukun iman. Sebagaimana orang yang meninggalkan shalat karena mempercayai bahwa shalat itu wajib. Maka orang tersebut adalah kafir dan murtad dari agama Islam
Kufur kecil yaitu kufur yang tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam. Contohnya, berzina, mabuk-mabukan, mencuri, dan sebagainya.
Macam-macam kufur kecil adalah:
Ø  Kufur nikmat.
Ø  Kufur amal, yaitu setiap perbuatan maksiat yang oleh syara’ dikatagorikan perbuatan kufur, tetapi orang yang bersangkutan masih tetap berpredikat sebagai seorang mukmin

Semua pelaku dosa besar (murtabb al-kabirah), menurut semua subsekte Khawarij kecuali najdah, adalah kafir dan akan disiksa di neraka selamanya. Jadi pelaku dosa besar itu tidak akan pernah merasakan kenikmatan surga.Lain halnya dengan pandangan subsekte Azaqirah. Mereka menganggap kafir  tidak saja kepada orang-orang yang telah melakukan perbuatan hina, seperti membunuh, berzina, dan sebagainya, tetapi juga terhadap semua orang Islam yang tidak sepaham dengan mereka. Subsekte An-Najdat berpendapat bahwa orang berdosa besar menjadi kafir dan kekal di dalam neraka hanyalah orang Islam yang tidak sepaham dengan golonganya.
Manurut Harun Nasution Subsekte Khawarij dapat dikatagorikan menjadi dua katagori, yaitu Murji’ah ekstrim ialah mereka yang berpandangan bahwa keimanan terletak di dalam kalbu. Murji’ah moderat ialah mereka yang berpendapat bahwa pelaku dosa besar tidaklah menjadi kafir. Orang kafir tidak selamanya disiksa di neraka, melainkan ia akan di siksa di neraka berdasarkan ukuran dosa yang dilakukannya.

1.      Kufur karena berpaling
Kesenangan yang diberikan kepada orang-orang kafir adalah kesenangan yang sementara, rezki yang sedikit yang mereka terima dan rasakan selama hidup di dunia, kemudian di akhirat nanti mereka terpaksa masuk neraka.
Dalam ayat ini dapat di pahami bahwa manusia diberi pahala dan diazab adalah karena perbuatan mereka sendiri.Maksudnya adalah manusia menjadi kafir dan fasik adalah atas kehendak dan kemauan sendiri.Kekafiran mereka kepada Allah itu menyebabkan mereka diazab sesuai dengan sunnatullah.
Doa nabi Ibrahim disambut Allah dengan firmannya, “Siapa yang kafir akan Ku senangkan sedikit dan sifatnya sementara, kemudian di hari kemudian nanti aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburut-buruk tempat kembali”. Bukan hanya yang beriman, tetapi yang kufur pun akan dia berikan walau hanya sedikit, sedikit dalam waktu dan kualitasnya jika dibanding dengan apa yang kelak akan dianugerahkannya kepada yang beriman kepadaNya dan hari kemudian.
Memang Allah tidak membeda-bedakan. Udara, air, dan yang lainnya, diberikan Allah kepada semua, baik yang muslim maupun yang kafir. Hukum-hukumNya berlaku sama. Dalam kehidupan di dunia menyangkut rezeki, semua diberi sesuai dengan hukum-hukum duniawi.Ganjaran ketaatan beragama, bukan di dunia tetapi di akhirat. Perolehan rezeki di dunia tidak berkaitan dengan kuat dan lemahnya iman seseorang.Orang-orang kafir pun wajar diberi kesenangan, bila mereka menyesuaikan diri dengan hukum-hukum duniawi yang ditetapkanNya. Namun, kesenangan yang diperolehnya itu, betapa pun banyak dan lamanya, hanya sedikit kadar dan waktunya dibanding keadaannya kelak. Karena di akhirat nanti akan mendapat siksa yang pedih.
Surah Al-maidah ayat 12ini memulai uraiannya dengan kelompok pertama dari ahl al-kitab yaitu orang-orang Yahudi.Dilukiskan betapa kukuh perjanjian yang diambil dari mereka, dan memerintahkan nabi Musa untuk memilih di antara mereka dua belas orang pemimpin kelompok-kelompok keturunan bani Israil yang bertugas membimbing mereka.
Selanjutnya di akhir ayat di jelaskan bahwa barangsiapa yang kafir yakni melanggar perjanjian dan pesan-pesan Ku ini, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus.Seseorang yang kafir, baik sesudah maupun sebelum datangnya rasul, sebenarnya telah tersesat. Hanya saja dia dapat ditoleransikan jika ia kufur sebelum kedatangan rasul. Itu sebabnya Allah tidak akan menuntut tanggungjawab dari siapapun sebelum datangnya para rasul. Tetapi sesudah datangnya rasul dan perjanjian pun telah dijalin, maka kettika itu kesesatan benar-benar telah mencapai puncaknya.
Sedangkan ayat 73 dari surah al-Maidah menerangkan bahwa Allah swt, menegaskan dengan sesungguhnya akan kekafiran orang nasrani yang berkata bahwa Allah yang menciptakan langit dan bumi adalah satu dari tiga oknum yaitu Bapak, Putera dan Ruhul Kudus. Karenanya pada ayat ini Allah memperingati orang nasrani supaya meninggalkan kepercayaan yang salah dan hendaklah mereka kembali kepada ajaran-ajaran Tauhid, dan jika mereka masih tetap pada kekafiran, yaitu mempersekutukan Allah maka akan dimasukkan ke dalam api neraka.
Kalimat kafir diantara mereka, mengesankan bahwa di antara orang-orang yang menganut paham Trinitas itu dan yang berkata bahwa Isa adalah Tuhan, diantara mereka ada yang tidak dinamai kafir.Satu pendapat yang yang menjawab kesan ini, yaitu bahwa ada di antara mereka yang memenuhi ayat ini agar mereka bertaubat, tetapi banyak juga di antara mereka yang diajak itu tetap menganut paham Trinitas dan bertahan dalam keyakinannya. Jadi yang bertahan dan tidak bertaubat itulah yang tetap kafir dan akan disiksa, sedang yang bertaubat itu tidak disiksa.
مَاخَلَقْنَاالسَّمَاوَاتِوَالأرْضَوَمَابَيْنَهُمَاإِلابِالْحَقِّوَأَجَلٍمُسَمًّىوَالَّذِينَكَفَرُواعَمَّاأُنْذِرُوامُعْرِضُونَ
Artinya: “Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka.” (Q.S. Al-Ahqaaf: 3)
Allah swt berfirman, “ Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka” maksudnya ialah mereka melalaikan sesuatu yang ditujukan kepada mereka. Padahal Allah telah menurunkan kepada mereka Kitab dan telah mengutus seorang utusan kepada mereka, akan tetapi mereka berpaling dari semua yang telah Allah berikan, dan mereka akan menerima balasan yang sangat pedih nantinya.

2.      Kufur Nifaq
Ayat 16 surah al-Hasyr menceritakan bahwa orang-orang munafik yang berjanji dengan bani Nadir itu akan menolong bila diserang kaum Muslimin dan ikut mereka diusir dari madinah, adalah seperti perbuatan setan.
Setan selalu merayu manusia agar mengingkari Allah dan tidak mengikuti agama yang telah disampaikan rasulNya.Tetapi bila manusia itu memerlukan pertolongan dalam menghadapi kesengsaraan dan malapetaka yang datang kepada mereka, setan berlepas diri dan tidak menepati janji-janjinya, bahkan mereka berkata, “aku takut kepada Allah Tuhan semesta alam”.
Allah menyamakan orang-orang munafik dengan setan itu, menunjukkan sifat-sifat orang munafik itu sama dengan sifat-sifat setan. Setan yang durhaka mematuhi hukum-hukum Allah, percaya bahwa Allah itu ada dan hanya Dia yang berhak disembah.
ذَلِكَبِأَنَّهُمْآمَنُواثُمَّكَفَرُوافَطُبِعَعَلَىقُلُوبِهِمْفَهُمْلايَفْقَهُونَ
Artinya: “Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti.” (QS. Al-Munafiqun: 3)
Dalam firmanNya : امنوا ثم كفروا dimaksudkan disini hanyalah beriman dengan lidah saja. Bisa juga dipahami dengan pengertian iman yang sebenarnya, tetapi dalam tingkatan yang rendah.
Mereka terbilang sebagai orang munafik karena mereka kembali dari jalan keimanan menuju kepada kekufuran(dari hidayah kepada kesesatan). Maka Allah mengunci mata hati mereka, sehingga mereka tidak dapat memahami lagi. Maksudnya tidak akan ada satu petunjuk ataupun kebaikan yang akan didapatkannya didalam menjalani kehidupan.

3.      Kufur Nikmat
Ayat 40 surah al-Naml ini merupakan lanjutan keinginan Sulaiman untuk membawa singgasana ratu Balqis ke Baitul Maqdis, yang mana sebelumnya Ifrit menyatakan kesanggupannya untuk membawakan singgasana ratu Balqis sebelum nabi Sulaiman beranjak dari tempat duduknya. Namun, nabi Sulaiman belum puas dengan kesanggupan Ifrit, maka ia meminta kesanggupan dari hadirin yang lain. Maka jawablah seorang yang telah memperoleh ilmu dari alkitab: “aku akan membawa singgasana itu kapadamu dalam waktu sekejab mata saja”. Dan apa yang dikatakan orang itu terjadilah, dan singgasana ratu Balqis telah berada dihadapan Sulaiman.
Melihat peristiwa yang terjadi hanya dalam sekejap mata, maka nabi Sulaiman berkata: ini termasuk karunia yang telah dilimpahkan Tuhan kepadaku. Dengan karunia itu aku diujinya, apakah aku termasuk orang-orang yang mensyukuri karunia Tuhan atau termasuk orang-orang yang mengingkarinya. Sulaiman mengucapkan yang demikian itu karena telah yakin seyakin-yakinnya bahwa barangsiapa yang mensyukuri nikmat Allah, maka faedah mensyukuri nikmat Allah itu akan kembali kepada dirinya sendiri, karena Allah akan menambah lagi nikmat-nikmat itu, sebaliknya orang yang mengingkari nikmat Allah maka dosa pengingkarannya itu juga akan kembali kepadanya. Dia akan disiksa oleh Allah karena pengingkarannya itu.
Allah tidak akan bertambah kaya dengan kesyukuran hambaNya tidak pula disentuh kekurangan dengan kekufuran mereka karena sesungguhnya Tuhan pemelihara dan pembimbing ku Maha Kaya lagi Maha Mulia.
Sikap nabi Sulaiman dalam menerima nikmat Allah adalah sikap yang harus dijadikan contoh teladan oleh setiap muslim. Sikap demikian itu akan menghilangkan sifat angkuh dan sombong yang ada pada diri seseorang dan juga akan menghilangkan rasa putus asa bagi seseorang yang dalam keadaan sengsara dan menderita. Karena mengetahui semuanya itu adalah cobaan dan ujian dari Tuhan kepada hamba-hambaNya.
يَعْرِفُونَنِعْمَةَاللَّهِثُمَّيُنْكِرُونَهَاوَأَكْثَرُهُمُالْكَافِرُونَ
Artinya: “Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir.” (Q.S. An-Nahl: 83)
Allah menjelaskan dalam ayat ini tentang kesombongan dan ketinggian hati kebanyakan manusia. Manusia dasarnya mengetahui bahwa semua yang ada di bumi ini ciptaan Allah, namun manusia tidak bersyukur dengan apa yang telah Allah berikan, bahkan banyak dari mereka yang mengingkarinya.
Thaba`thaba`i berpendapat bahwa mereka mengetahui nikmat Allah, tetapi dalam praktek amalan mereka justru melakukan hal-hal yang merupakan pengingkaran.




BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Setelah mengkaji sedemian rupa bentuk dan jenis dari kufur ini, dapatlah disimpulkan bahwa kufur bisa membawa manusia terjerumus kedalam siksaan api neraka. Kufur ialah tidak beriman kepada Allah dan Rasulnya, baik dengan mendustakannya atau tidak mendustakannya maksud mendustakan berarti menentang atau menolak sedangkan tidak mendustakan artinya hanya sekedar tidak iman dan tidak percaya, sedangkan iman ialah Membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi kufur yang menjadi bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya pengetahuan serta kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh sehubungannya dengan makalah ini. Penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman memberikan kritik serta saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca sekalian.Wallahu A’lam




DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Abdul Khalid, Garis Pemisah Antara Kufur dan Iman, Jakarta : Bumi Aksara, 1996
Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Tafsirnya, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1991
Jalaluddin ibn Manshur, Lisanu al-Arab, Beirut: Dar al-Fikr, 1992
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002
Syihabuddin, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta: Gema Insani, 2000

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GHARAWAI, MUSYARAKAH, AKDARIYAH

Idhafah

Al-Ra`Yi Dan Al-Hadis