GAGASAN DAN GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM
PENDAHULUAN
Gerakan
pembaharuan Islam merupakan gerakan yang bertujuan untuk memperbaharui
pemikiran atau pemahaman umat Islam yang sudah menyimpang dari ajaran Islam
untukk kembali pada pemahaman agama yang sesuai dengan pemahaman dan pengamalan
Rasulullah saw. dan bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Terdapat
beberapa tokoh pembaharu dunia Islam di belahan dunia ini. Oleh karena itu,
dalam makalah ini akan dipaparkan secara singkat tentang tokoh-tokoh beserta
gagasan atau pemikiran mereka.
GAGASAN DAN
GERAKAN PEMBAHARUAN
A. Pengertian
Harun Nasution
cenderung menganalogikan istilah “pembaharuan” dengan “modernisme”, karena
istilah ini dalam masyarakat Barat mengandung arti pikiran, aliran, gerakan dan
usaha mengubah paham-paham, adat-istiaday, institusi lama, dan sebagainya untuk
disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern. Gagasan ini muncul di Barat dengan tujuan menyesuaikan
ajaran-ajaran yang terdapat dalam agama Katolik dan Protestan dengan ilmu
pngetahuan modern.
Karena konotasi
dan perkembangan yang seperti itu, Harun Nasution keberatan menggunakan istilah
modernisasi Islam dalam pengertian di atas. Revitalisasi menurutpaham ini, “
pembaharuan” adalah “membangkitkan” kembali Islam yang “urni” sebagaimana
pernah dipraktikkan Nabi Muhamad saw. dan kaum salaf.
B. Latar
Belakang Kebangkitan Dunia Islam
Benih
pembaharuan dunia Islam sesungguhnya telah muncul sekitar abad XIII M. ketika
dunia Islam mengalami keunduran diberbagai bidang. Saat itu pula lahirlah
Taqiyudin Ibnu Taiiyah, menjadi seorang Muslim yang sangat peduli terhadap
nasib umat Islam dengan mendapat dukungan muridnya Ibnu Qoyyim al Jauziyah
(691-751). Mereka ingin mengembalikan pemahaman keagamaan umat Islam kepada
pemahaman dan pengamalan Rasul saw.
Gerakan salaf
ini kemudian menjadi cirri gerakan pembaharuan dalam dunia Islam yang mempunyai
cirri sebagai berikut:
1. Member ruang
dan peluang ijtihad di dalam berbagai kajian keagamaan yang berkaitan dengan
muamalah duniawiyah.
2. Tidak
terikat secara mutlak dengan pendapat ulama-ulama terdahulu.
3. Memerangi
orang-orang yang menyimpang dari aqidah kaum salaf seperti kemusyrikan,
khurafat, bid’ah, taqlid san tawasul.
4. Kembali
kepada Al-Qur’an dan As Sunnah sebagai sumber utama ajaran Islam.
C. Tokoh-Tokoh
Pembaharuan Islam
1. Kebangkitan
Islam di Arab Saudi
a. Muhammad bin
Abdul Wahab
Beliau
dilahirkan di Uyainah, sebuah dusun di Najed bagian Timur Saudi Arabia. Ia di
besarkan dalam lingkungan keluarga beragama yang ketat di bawah pengaruh
madzhab Hambali, yaitu madzhab yang memperkenalkan dirinya sebagai aliran
Salafiyah.
Muhammab bin
Abdul Wahab menamakan gerakannya, “Gerakah Muwahidin yaitu gerakan yang
bertujuan untuk mensucikan dan meng-Esakan Allah dengan semurni-urninya yang
mudah, gampang dipahami, dan diamalkan persis seperti Islam pada masa permulaan
sejarahnya. Gerakan yang dipimpin Muhammad bin Abdul Wahab ini disebut “Gerakan
Wahabi” sebagai ejekan oleh lawan-lawannya.
Hal-hal yang
ditekankan gerakan ini berkisar pada masalah memurnikan tauhid, yaitu:
1) Yang boleh
dan wajib disembah hanyalah Allah swt. Barang siapa yang menyembah selain Allah
adalah Musyrik dan boleh dibunuh.
2) Meminta
pertolongan kepada wali, syaikh, atau kekuatan ghaib lainnya adalah Musyrik.
3) Berdo’a
dengan menggunakan perantara, baik nabi, wali, atau malaikat adalah Musyrik.
4) Meminta
pertolongan dan bernadzar kepada selain Allah adalah Musyrik.
b. Jamaluddin
al Afghani, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha
Gerakan yang
mereka pelopori ini muncul sekitar abad XIX. Gerakan mereka dinamakan “Muhyi
Atsais Salaf” atau dikenal dengan gerakan Salafiyah. Gerakan ini merupakan mata
rantai kedua setelah gerakan Wahabi.
Tujuan gerakan
ini adalah untuk menegakkan ajaran Islam dengan kembali kepada Al-Qur’an dab
As-Sunnah. Uraian masing-masing tokoh adalah sebagai berikut:
1) Jamaluddin
al Afghani (1838-1897 M)
Lahir di dekat
Kabul Afganistan tahun 1839 M dan meninggal di Istanbul Turki tahun 1897 M.
adapun pemikirannya tentang agama adalah:
a) Islam adalah
agama yang sesuai untuk segala bangsa dan masa.
b) Pendirian
tentang pintu ijtihad tetap terbuka adalah benar, karena dengan itu Islam dapat
menjawab tantangan zaman.
c) Kehancuran
umat Islam karena leahnya tali persaudaraan dan solidaritas Islam.
2) Muhammad
Abduh (1849-1905 M)
Lahir di Mesir
1849 M dan meninggal tahun 1905 M. ia menegaskan umat Islam hanya dapat bangkit
jika mau membekali dengan semangat jihad, bekal berjihad dan berijtihad
bersumber pada ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah.
3) Rasyid Ridha
(1856-1935 M)
Ia merupakan
salah satu murid Muhammad Abduh. Lahir tahun 1856 M di Libanon dan meninggal
tahun 1935 M. pemikirannya hampir sama dengan Jamaluddin al Afghani dan
Muhammad Abduh. Namun yang membedakan ia dengan dua tokoh sebelumnya adalah
politik, ia dikenal sebagai politikus yang cermat.
2. Kebangkitan
Islam di Mesir
Hasan al Bana
mendirikan gerakan Ikhwanul Muslimin pada abad XX, tepatnya tahun 1928 M di
Mesir. Ia lahir di Garbiah Mesir tahun 1906 M. hafal Al-Qur’an usia 14 tahun
dan pada usia 16 tahun ia menjadi mahasiswa Universitas Darul Ulum. Ia mati
secara misterius pada 12 Februari 1949 M.
Ciri gerakan
ini adalah jauh dari sumber pertentangan, pengaruh riya’ dan kesombongan.
Menaruh perhatian pada kaderisasi, mengutamakan amaliah produktif dan serius
pada dunia pemuda. Gerakan ini melahirkan banyak tokoh pemikir Islam, antara
lain Sayyid Qutub, Yusuf Qardhawi, Sai Hawwa, Muhammad al Ghazali, Musthafa
Mansur dan Abdullah Azzam.
3. Kebangkitan
Islam di Turki
a. Tewfik
(1867-1915 M) dan Dr. Abdullah Jedwat (1869-1932 M)
Mereka adalah
tokoh dari aliran Barat yang ingin mengambil peradaban Barat sebagai dasar
masyarakat Turki.
b. Mehmed Akif
(1879-1939 M)
Ia memotori
golongan Islam sebagai reaksi dan lawan golongan Barat. Golongan ini
berpendapat bahwa kemunduran dan keterbelakangan Masyarakat Turki karena tidak
menegakkan hukum secara konsekuen. Menurut golongan ini Islam tidak akan
menghalangi kamajuan dan teknologi. Tetapi mereka tidak boleh mengoper
peradaban dan filsafat Islam diganti dengan peradaban Barat. Kunci kemajuan
adalah menjadikan syari’at Islam untuk segala segi kehidupan.
c. Zia Gokalp
(1875-1924 M)
Ia seorang
tokoh golongan nasional Turki. Pendapatnya yaitu sebab pokok kemunduran Islam
adalah enggan mengadakan penafsiran baru terhadap ajaran Islam sesuai tuntutan
zaman yang terus berubah.
d. Musthafa
Kemal Attaturk
Lahir di
Selonika 1881 M dan meninggal tahun 1983 M. dalam pembaharuaanya banyak
dipengaruhi oleh golongan nasional Turki dan gagasan dari Barat. Dasar
pemikirannya dapat disingkat dengan tiga hal, yaitu: westernisasi, sekulerisme
dan nasionalisme.
4. Kebangkitan
Islam di India/Pakistan
a. Syah
Waliyullah
Pada masa suram
kekuasaan Islam dari dinasti Mughal, lahirlah tokoh dan pemiir besar bangsa
India. Dari tokoh inilah pertama kali terpancar pikiran baru dalam usaha
membangun kembali kejayaan Islam. Usahanya meliputi bidang politik, social dan
intelektual.
b. Sir Sayid
Ahmad Khan
Lahir di Delhi
dan meninggal tahun 1989 M. ia mendirikan lembaga Mohammedan Anglo Oriental
College (MCO) yang berpusat di Aligarh. Oleh karena itu, gerakan yang
dipeloporinya terkenal dengan gerakan Aligarh.
c. Sayid Amir
Ali
Lahir dekat
Kalkuta India tahun 1849 M dan meninggal tahun 1928 M. ia masih keturunan Ali
bin Abi Thalib. Pendapatnya mengenai pembaharuan Islam yaitu bahwa Islam adalah
agama yang membawa pada kemajuan, bukan mengajak pada kemunduran.
d. Muhammad
Iqbal
Lahir di
Sialkot daerah Punjab tahun 1976 M dan meninggal tahun 1938 M. ia meneriakkan
kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah yang menurut keyakinannya akan
mendinamisasikan pergerakan Islam dan menjamin kemenangannya. Ia pula yang
mencita-citakan Negara bagi umat Islam India, yang terwujud dengan berdirinya
Negara Pakistan. Negara ini mendasarkan Islam sebagai sumber dari segala hukum
dan perundang-undangan.
e. Muhammad Ali
Jinnah
Lahir di
Karachi tahun 1876 M dan meninggal tahun 1948 M setahun lebih sebulan setelah lahirnya
Negara Pakistan. Ia tidak banyak mengeluarkan gagasan, namun lebih banyak
berbuat dan berjuang melaksanakan cita-cita pendahulunya. Perjuangannya
mengahasilkan Negara dan masyarakat modern yang dibangun berdasarkan agama
Islam. Ia mendapat gelar Qaid A’dlam atau pemimpin besar.
5. Kebangkitan
Islam di Indonesia
Dalam
kebangkitan Islam di Indonesia, para tokoh menjadikan pendidikan sebagai basis
pergerakannya.
a. K.H. Ahmad
Dahlan
Ahmad Dahlan
lahir di Kauman (Yogyakarta) pada tahun 1968 M dan meninggal pada tanggal 25
Februari 1921 M. Ia berasal dari keluarga yang didaktis dan terkenal alim dalam
ilmu agama. Ayahnya bernama K.H. Abu Bakar, seorang imam dan khatib masjid
besar Kraton Yogyakarta. Sementara ibunya bernama Siti Aminah, putri K.H. Ibrahim
yang pernah menjabat sebagai penghulu di Kraton Yogyakarta.
Ia adalah putra
keempat dari tujuh bersaudara, yaitu Katib Harum, Mukhsin atau Nur, Haji
Shaleh, Ahmad Dahlan, ’Abd Al-Rahim, Muhammad Pakin dan Basir. Semenjak kecil,
Dahlan diasuh dan dididik sebagai putera kiyai. Pendidikan dasarnya dimulai
dengan belajar membaca, menulis, mengaji Al-Qur’an, dan kitab-kitab agama.
Pendidikan ini diperoleh langsung dari ayahnya. Menjelang dewasa, ia
mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu agama kepada beberapa ulama besar waktu
itu. Diantaranya ia K.H. Muhammad Saleh (ilmu fiqh), K.H. Muhsin (ilmu nahwu),
K.H. R. Dahlan (ilmu falak), K.H. Mahfudz dan Syekh Khayyat Sattokh (ilmu
hadis), Syekh Amin dan Sayyid Bakri (qira’at Al-Qur’an), serta beberapa guru
lainya.
Ketika
berangkat haji dan bermukim di Makkah tahun 1903 M, Dahlan mulai berkenalan
dengan ide-ide pembaharuan yang dilakukan melalui penganalisaan kitab-kitab
yang dikarang oleh reformer Islam, seperti Ibn Taimiyah, Ibn Qoyyim
al-Jauziyah, Muhammad bin Abd al-Wahab, Jamal-al-Din al-Afghani, Muhammad
Abduh, Rasyid Ridha, dan lain sebagainya. Melalui kitab-kitab yang dikarang
oleh reformer Islam, telah membuka wawasan Dahlan tentang Universalitas Islam.
Ide-ide tentang reinterpretasi Islam dengan gagasan kembali kepada Al-Qur’an
dan Sunnah mendapat perhatian khusus Dahlan saat itu.
Pada tanggal 18
November 1912 M, Ahmad Dahlan mendirikan organisasi sosial keagamaan
Muhamadiyah bersama temannya dari Kauman, seperti Haji Sujak, Haji Fachruddin,
haji Tamim, Haji Hisyam, Haji syarkawi, dan Haji Abdul Gani. Dengan tujuan
untuk mendalami agama Islam di kalangan anggotanya sendiri dan menyebarkan
agama Islam di luar anggota inti. Untuk mencapai tujuan ini, organisasi itu
bermaksud mendirikan lembaga pendidikan, mengadakan rapat-rapat dan tabligh
yang membicarakan masalah-masalah Islam, mendirikan wakaf dan masjid-masjid
serta menerbitkan buku-buku, brosur-brosur, surat kabar dan majalah.
Ide pembaharuan
K.H. Ahmad Dahlan mulai disosialisasikan ketika menjabat khatib di Masjid Agung
Kesultanan, yaitu menggarisi lantai Masjid Besar dengan penggaris miring 241/2
derajat ke Utara. Menurut ilmu hisab yang ia pelajari, arah Kiblat tidak lurus
ke Barat seperti arah masjid di Jawa pada umumnya, tapi miring sedikit 241/2
derajat. Selain itu masih ada beberapa pemikirannya yang lain, yaitu:
1) Ia menolak
taqlid
2) Upacara
selametan merupakan perbuatan bid’ah dan pengkeramatan kuburan Orang Suci
dengan meminta restu dari roh orang yang meninggal akan membawa kemusyrikan
(penyekutuan Tuhan).
3) Mengenai
tahlil dan talqin, menurutnya, hal itu merupakan upacara mengada-ada (bid’ah).
4) Kepercayaan
pada jimat yang sering dipercaya oleh orang-orang Keraton maupun daerah
pedesaan, akan mengakibatkan kemusyrikan.
5) Mendirikan
sekolah dengan sistem gubernemen dan disempurnakan dengan penambahan mata
pelajaran agama. Ia berusaha untuk mengislamkan berbagai segi kehidupan yang
tidak Islami.
b. K.H. Hasyim
Asy’ari
Nama lengkap
K.H. Hasyim Asy’ari adalah Muhammad Hasyim Asy’ari ibn ‘Abd Al-Wahid. Ia lahir
di Gedang, sebuah desa di daerah Jombang, Jawa Timur, pada hari selasa kliwon
24 Dzu Al-Qa’idah 1287 H. bertepatan dengan tanggal 14 Februari 1871 M dan
meningal tahun tahun 1947 M di Tebuireng, Jombang Jawa Timur. Asal-usul dan
keturunan K.H M.Hasyim Asy’ari tidak dapat dipisahkan dari riwayat kerajaan
Majapahit dan kerajaan Islam Demak. Salasilah keturunannya, sebagaimana
diterangkan oleh K.H. A. Wahab Hasbullah menunjukkan bahawa leluhurnya yang
tertinggi ialah neneknya yang kedua iaitu Brawijaya VI. Ada yang mengatakan
bahawa Brawijaya VI adalah Kartawijaya atau Damarwulan dari perkahwinannya
dengan Puteri Champa lahirlah Lembu Peteng (Brawijaya VII).
Semasa
hidupnya, ia mendapatkan pendidikan dari ayahnya sendiri, terutama pendidikan
di bidang ilmu-ilmu Al-Qur’an dan literatur agama lainnya. Setelah itu, ia
menjelajah menuntut ilmu ke berbagai pondok pesantren, terutama di Jawa, yang
meliputi Shone, Siwilan Buduran, Langitan Tuban, Demangan Bangkalan, dan
Sidoarjo, ternyata K.H. Hasyim Asy’ari merasa terkesan untuk terus melanjutkan
studinya. Ia berguru kepada K.H. Ya’kub yang merupaka kiai di pesantren
tersebut. Tidak cukup sampai disitu, setelah menikah ia berhaji dan menuntut
ilmu di Makkah dengan guru Syekh Ahmad Amin Al-Athar, Sayyid Sultan ibn Hasyim,
Sayyid Ahmad ibn Hasan Al-Athar, Syekh Sayyid Yamani, Sayyid Alawi ibn Ahmad
As-Saqqaf, Sayyid Abbas Maliki, Sayid ‘Abd Allah Al-Zawawi. Syekh Shaleh
Bafadhal, dan Syekh Sultan Hasyim Dagastani.
Pada tahun 1926
M K.H. Hasyim Asy’ari mendirikan partai Nahdatul Ulama (NU). Selain itu ia juga
membentuk badan semacam koperasi yang bernama Syirkatul Inan li Murabathati
Ahli al- Tujjar. Adapun ide-ide pembaharuannya antara lain:
1) membuka
sistem pengajaran berjenjang
2) tetap
mempertahankan ajaran-ajaran mazhab untuk menafsirkan al-Qur’an dan hadis dan
pentingnya praktek tarikat.
3) tujuan utama
ilmu pengetahan adalah mengamalkan.
4) Belajar
merupakan ibadah untuk mencari ridha Allah, yang mengantarkan manusia untuk
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
5) etika dalam
pendidikan, dimana guru harus membiasakan diri menulis, mengarang dan
meringkas, yang pada masanya jarang sekali dijumpai.
c. Ahmad
Surkati
Nama lengkap
Ahmad Surkati adalah Ahmad bin Muhammad Surkati al-Kharraj al-Anshari. Beliau
lair pada tahun 1872 M di Afdu Donggala Sudan. Berasal dari keluarga yang taat
beragama. Mempunyai ayah yang konon masih ada hubungan dengan Jabir Abdullah
al-Anshari, nama ayahnya adalah Muhammad. Masa kecil Amad surkati berada dalam
keluarga yang taat beragama, sehingga secara tidak langsung ia mendapatkan
dasar-dasar agama dari orang tuanya. Ia didik dengan cara Islami, Ia belajar
agama, membaca, menulis, menghafal al-Quran.
Pada usia 22
tahun Ahmad Surkati menunaikan ibadah haji, kemudian menetap di Madinah selama
4 tahun. Di Madinah Amad Surkati belajar berbagai disiplin ilmu, seperti fiqh,
tafsir, hadis. Setelah 4 tahun berlalau Ahmad Surkati pindah ke Makkah, Ahmad
Surkati berada di makkah selama 11 tahun, Amad Surkati belajar kepada seorang
guru yang bernama Yusuf al-khayyat. Pada saat berumur 34 tahun, Ahmad Surkati
telah memperoleh ijazah tertinggi guru agama dari pemerintah Istanbul Turki,
bahkan Ahmad Surkati menjadi pelajar pertama di Sudan yang memperoleh ijazah
tersebut. Di Arab, Ahmad Surkati masuk empat besar.
Untuk mendukung
perombakan dan reformasi pendidikan Islam Indonesia, ia mendirikan pendidikan
berjenjang. Ia mendirikan lembaga pendidikan al-Irsyad tanggal 6 September 1914
(15 Syawwal 1332 H) yang mempunyai prinsip gerakan sebagai berikut:
1) Untuk
mengukuhkan doktrin persatuan dengan membersihkan shalat dan doa dari
kontaminasi unsur politheisme.
2) Untuk
mewujudkan kesetaraan di antara kaum muslim dan mencari dalil yang shahih dalam
al-Quran dan sunnah serta mengikuti jalan yang benar untuk semua solusi masalah
agama yang diperdebatkan.
3) Untuk
memerangi taqlid am (penerimaan membabi buta) yang bertentangan dengan dalil
aqli dan naqli.
4) Untuk
mensyiarkan pengetahuan alam sesuai Islam dan menyebarkan kkebudayaan arab yang
sesuai dengan ajaran Allah.
5) Mencoba
untuk menciptakan pemahaman dua arah antara dua muslim yaitu Indonesia dan
Arab.
Inti dari
prinsip-prinsip al-Irsyad adalah untuk menumbuhkan budaya ilmiah pada kalangan
umat Islam, dengan merujuk kepada Al-Quran dan sunnah. Ketika budaya ilmia
tumbuh subur dalam masyarakat Islam maka secara tidak langsung akan membentuk
sebuah pola pikir yang berkarakter Islam dengan merujuk kepada al-Quran dan
sunnah.
Ahmad Syurkati
menyerap pemikiran Muhammad Abduh dalam basis perjuangannya, yaitu:
1) Pemurnian
Islam dari pengaruh dan kebiasaan yang merusak (the purification of Islam from
corrupting influence and practices).
2) Penyusunan
kembali pendidikan tinggi bagi umat Islam (the reformation of muslim higher
eduvation).
3)
Mempertahankan Islam dari pengaruh Eropa dan serangan orang Nasrani (the
defence of Islam againt European influence and Christian attack).
KESIMPULAN
Dari makalah
ini dapat disimpulkan menjadi beberapa poin, yaitu:
1. Pembaharuan
Islam menurut Harun Nasution dapat diartikan “membangkitkan” kembali Islam yang
“murni” sebagaimana pernah dipraktikkan Nabi Muhamad saw. dan kaum salaf.
2. Cirri
gerakan pembaharuan dunia Islam adalah: (a) member ruang dan peluang ijtihad di
dalam berbagai kajian keagamaan yang berkaitan dengan muamalah duniawiyah; (b)
tidak terikat secara mutlak dengan pendapat ulama-ulama terdahulu; (c)
memerangi orang-orang yang menyimpang dari aqidah kaum salaf seperti
kemusyrikan, khurafat, bid’ah, taqlid dan tawasul; (d) kembali kepada Al-Qur’an
dan As-Sunnah sebagai sumber utama ajaran Islam.
3. Tokoh-tokoh
pembaharu Islam antara lain: (a) Arab Saudi: Muhammad bi Abdul Wahab,
Jamaluddin al Afghani, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha; (b) Mesir: Hasan al
Bana; (c) Turki: Tewfik dan Dr. Abdullah Jedwat, Mehmed Akif, Zia Gokalp dan
Musthafa Kemal Attaturk; dan (d) India/Pakistan: Syah Waliyullah, Sir Sayid
Ahmad Khan, Sayid Amir Ali, Muhamad Iqbal dan Muhammad Ali Jinnah; dan (e)
Indonesia: K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Hasyim Asy’ari dan Ahmad Surkati.
Hai
BalasHapusHalo bang
BalasHapusHalo bang
BalasHapusHai
BalasHapusTerimakasih (:
BalasHapus