POLA PERKEMBANGAN DAKWAH DI INDONESIA
PENDAHULUAN
Pada
hakikatnya, gerakan dakwah Islam berporos pada amar ma'ruf nahy munkar. Ma'ruf
mampunyai pengertian segala perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah awt.
sedangkan munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan diri dari pada-Nya.
Pada dataran amar ma'ruf, siapapun bisa melakukannya, pasalnya kalau hanya
sekadar "menyuruh" kepada kebaikan itu mudah dan tidak ada resiko
bagi di "penyuruh". Lain halnya dengan nahi munkar, jelas mengandung
konsekuensi logis dan beresiko bagi yang melakukannya. Karena "mencegah
kemungkaran" itu melakukannya dengan tindakan konkret, nyata dan dilakukan
atas dasar kesadaran tinggi dalam rangka menegakkan kebenaran. Oleh karena itu,
ia harus berhadapan secara vis a vis dengan obyek yang melakukan tindak
kemungkaran itu.
Inilah
sesungguhnya cikal bakal perintah dakwah yang diwajibkan oleh Allah swt. pada
setiap pribadi seorang muslim yang mengaku beriman. Oleh karena itu, peran para
nabi dan rasul sesungguhnya diutus oleh Allah saw. untuk menyampaikan kebenaran
firman-Nya melalui dakwah yang disampaikan dan sekaligus memberikan tuntutan
kebaikan kepada manusia untuk selalu konsisten dan istiqamah dalam menjalankan
tugasnya sebagai khalifah. Pun demikian, istilah dakwah sendiri jika tidak
dilandasi dengan struktur fundamental yang jelas, pengertiannya akan menjadi
semakin kabur karena selalu diberi pengertian dengan konotasi dan denotasi yang
pasti baik dan positif. Padahal, perlu dijelaskan secara rinci mengenai apa
makna literer dari dakwah itu. Kalau pengertian dakwah secara asal bahasanya
itu "panggilan", lalu panggilan kemana? Atau untuk apa?
Dakwah
dalam rangka pembentukan dan pembinaan aqidah salimah disertai penanganan
kebutuhan primer secara serius dan sungguh-sungguh harus menjadi garapan utama
para pengemban dakwah pada saat ini. Dan itu pulalah pelajaran yang dapat
disimak dari sirah nabawiyah. Wallahu a'lam bi ash-shawab
PEMBAHASAN
POLA
PERKEMBANGAN DAKWAH DI INDONESIA
Faktor
yang mempengaruhi bangsa Portugis mencari jalan ke kepulauan penghasil
rempah-rempah adalah faktor ekonomi dan agama. Bagi orang-orang portugis,
raja-raja di Asia yang tidak beragama Islam dapat menjadi kawan, tapi tidak
demikian halnya dengan para pedagang atau raja-raja Islam. Bentrokan-bentrokan
sering terjadi antara raja-raja yang beragama Islam maupun armada-armada dagang
Islam dengan Portugis. Meskipun demikian pemusnahan terhadap perdagangan orang
Islam tidak dapat terwujud dengan mudah.
Dalam
perkembangan selanjutnya orang-orang Portugis berhasil mendirikan suatu kantor
dagang di Gowa dibawah pimpinan Albuquerque. Di Gowa Albuqurque mendengar
khabar tentang Malaka yang merupakan kerajaan Islam dan menjadi pelabuhan
Transit yang ramai. Setelah mendapat informasi tentang Malaka, Albuqurque
bermaksud mengadakan hubungan dengan Malaka. Ia mengirim utusan pada 1509 ke
Malaka di bawah pimpinan Lopez Squeira untuk menyerahkan surat-surat
kepercayaan kepada Sultan Mahmud Syah yang berkuasa di Malaka sejak tahun 1488
menggantikan Sultan Alaudin Syah. Akan tetapi Sultan tidak begitu berhasrat
menerima utusan Portugis karena Sultan Mahmud Syah telah mendengar hal-hal yang
tidak menguntungkan. Raja-raja Malaka tidak ingin berhubungan dengan
orang-orang Portugis, bahkan orang-orang Portugis mendapat serangan dari
orang-orang Malaka.
Pada
1511 Malaka digempur oleh orang-orang Portugis, Sultan Malaka, Mahmud Syah,
menyingkir ke Bintan untuk kemudian melanjutkan memerintah kerajaannya di
Johor. Dengan dikuasainya Malaka oleh Portugis maka ditanamkanlah benih-benih
agama katolik yang pertama di Nusantara. Dari Malaka mereka meneruskan
ekspansinya ke Maluku dan berhasil mendapatkan pangkalannya di Ternate pada
1522. sementara itu orang-orang Spanyol muncul di Maluku dan mendapatkan
pijakan di Tidore.
Pada
akhir abad ke 16 dan awal abad ke 17, tiba giliran orang-orang Belanda dan
bangsa Eropa lainnya datang ke Nusantara. Motif kedatangan orang-orang Belanda
adalah ekonomi dan petualangan. Pada 1595 orang-orang Belanda dengan empat buah
kapal dagang bertolak dari negeri Belanda menuju Indonesia. Pelayaran pertama dipimpin
oleh Cornelis de Houtman. Mereka tiba di Banten pada 1596 dan disambut baik
oleh penguasa-penguasa Banten. Karena pada saat itu orang-orang Belanda belum
menunjukan sikap yang kurang baik terhadap orang-orang pribumi. Demikian pula
kedatangannya di Tuban dan Maluku, terutama di daerah Ternate mereka disambut
dan diterima baik karena pada waktu itu sultan Ternate sedang bermusuhan dengan
Portugis dan Spanyol.
Untuk
mengimbangi dan menyaingi perdangan dengan orang-orang Portugis dan Spanyol
serta bangsa Barat lainnya, pada 1602 Belanda mendirikan serikat dagang VOC
(Verenigde Oost Indische Compagnie) yang antara lain bertujuan untuk
menjalankan politik monopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia.
Di
kalangan sebagian penguasa timbul kekhawatiran-kekhawatiran bahwa pengaruh
kehidupan barat dapat merusak nilai-nilai kehidupan tradisional. Tantangan yang
kuat terutama yang datang dari pemimpin agama yang memandang bahwa pengaruh
kehidupan Barat bertentangan dengan norma-norma dalam agama Islam. Orientasi
keagamaan seperti ini terdapat pula di kalangan bangsawan dan para pejabat
birokrasi kerajaan yang taat pada ajaran agama. Di dalam suasana kritis,
pandangan keagamaan ini dijadikan dasar ajakan untuk melakukan perlawanan.
Munculnya
Arus Gerakan Pembaharuan Pemikiran Islam
Kondisi
umat Islam berada di bawah cengkraman penjajahan Belanda yang berusaha
menghancurkan kekuatan umat Islam untuk kepentingan politik penjajahannya
dengan merusak nilai-nilai dan norma-norma keagamaan telah menggugah para ulama
mujaddid (pembaharu) untuk melakukan gerakan menentang pengaruh-pengaruh
kehidupan barat yang telah merasuk dalam segala aspek kehidupan rakyat.
Gerakan
para ulama Mujaddid didorong oleh pengaruh dari aktivitas gerakan-gerakan
pembaharuan Islam di Saudi Arabia, Mesir, dan India. Pengaruh gerakan
pembaharuan itu masuk ke Indonesia dibawa oleh para Mujaddid yang mempelajari
gerakan pembaharuan Islam di Saudi Arabia. Di sana golongan Wahhabi mendapat
kemenangan dalam memurnikan ajaran Islam, sehingga para Mujaddid yang baru
datang dari Makkah segera melakukan perombakan dalam berbagai segi kehidupan
dengan cara meluruskan dan mengembalikan umat Islam kepada ajaran al-Qur'an dan
as-Sunnah.
Dalam
hal gerakan pembaharuan Islam ini banyak para Mujaddid yang berusaha memperjuangkan
agama Islam secara murni, bebas dari segala macam bid'ah dan khurafat serta
tegak dalam kemerdekaan politiknya sendiri.
Arus
gerakan pembaharuan Islam atau Muhyi Atsaris Salaf dalam waktu singkat telah
tersebar ke seluruh pelosok dunia islam, termasuk Indonesia. Arus salaf telah
mempengaruhi udara pergerakan Islam di Indonesia, sehingga dalam gerakan ini
muncul nama-nama yang beraneka ragam, ada yang berpengaruh besar dan tahan uji,
ada pula yang hanya berhasil mengumpulkan pengikut sedikit dan bergerak dalam
waktu yang relatif singkat.
Gerakan
salaf masuk ke Indonesia pada akhir abad ke 18 yang membawa arus gerakan
pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia. Pembawa arus pembaharuan itu adalah
seorang ulama dari kampung kota tua ( daerah Cangking, empat angkat) di daratan
Agam, yaitu Tuanku Kota Tua, mulai mengajarkan pembaharuan-pembaharuan. Beliau
mengemukakan bahwa masyarakat sudah terlalu jauh menyimpang dari ajaran Islam
yang murni, kemudian ditunjukannya bagaimana seharusnya hidup sesuai dengan
tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah Nabi. Diantara beberapa murid Tuanku Kota Tua,
terdapat Tuanku Nan Renceh dari kampong Bansa di Kamang. Ulama ini terkenal
sangat ta'at dan pintar serta dikenal seagai guru agama di seluruh Luhak Agam
Sumatra Barat.
Lahirnya
Organisasi-Organisasi Islam
Organisasi
gerakan pembaharuan yang pertama muncul dan paling menentukan pada waktu itu
adalah organisasi pendidikan yang dikelola oleh masyarakat Arab-Indonesia yang
prihatin terhadap situasi pendidikan Islam yang dikuasai oleh pemerintahan
Kolonial Belanda. Kendatipun lembaga pendidikan yang didirikan itu pada mulanya
lebih diperuntukan bagi kalangan masyarakat Arab sendiri, namun tidak bisa
tidak, kehadirannya memberikan dampak positif bagi perkembangan pendidikan Islam
selanjutnya. Pada 17 Juli 1905 didirikan Al-Jam'iyyah Al-Khairiyyah, yang
kemudian dikenal dengan sebutan Jamiat Khaer, di Jakarta sebagaimana sekolah
modern lainnya, Jamiat Khaer mengajarkan pula mata pelajaran umum, di samping
mata pelajaran Islam.
Terobosan
baru yang dilakukan oleh sekelompok kalangan Islam kota yang terdiri atas
kalangan terpaelajar dan sekelompok pedagang progresif, dilakukan dengan
mendirikan perkumpulan sarekat Islam (SI) di Solo pada 11 November 1911.
Latar
belakang ekonomis perkumpulan ini (sarekat Islam) adalah perlawanan terhadap
praktek perdagangan para pedagang Cina. Akan tetapi para pendiri Sarekat Islam
mendirikan organisasinya tidak semata-matahanya untuk mengadakan perlawanan
terhadap 0orang-orang Cina, melainkan juga sebagai front perlawanan terhadap
semua penghianatan terhadap rakyat bumi putera. Sarekat Islampun merupakan
reaksi terhadap gubernur Jendral Idenburg yang merencanakan politik
pengkristenan terhadap rakyat bumi putera di seluruh wilayah nusantara.
Tampilnya
Sarekat islam yang dapat dikatakan seagaio partai politik Islam pertama,turut
memeberikan warna baru bagi pertumuhangerakan pembaharuan pemikiran Islam di
Indonesia. Pada masa kepemimpinan Tjokroaminoto, fungsi Sarekat Islam secara
realitas adalah berusaha menghapus segala penderitaan rakyat bumi putera.
Kontribusi organisasi Sarekat Islam teresar dalam spectrum gerakan pemaharuan
pemikiran Islam terletak dalam usahanya mengarahkan kesadaran umat Islam dalam
berbangsa dan bernegara.
Berbeda
halnya dengan Muhammadiyyah,yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada 18
November 1912 di yogyakarta, organisasi ini berdiri tidak hanya terdorong oleh
piolitik pengkristenan pemerintah colonial Belanda yang reaksioner terhadap
agama Islam. Tetapi juga merupakan perlawanan terhadap tradisionalisme Islam.
Berbeda halnya dengan yang dihadapi oleh kalangan modernis di Sumatra Barat,
tantangan tradisionalisme Islam di Jawa relative lebih berat. Hal ini di
sebabkan oleh dalamnya pengaruh nilai-nilai Hindu Budha serta nilai-nilai
paganistik lainnya yang ada pada masyarakat Islam Jawa pada waktu itu. Untuk
melawan tradisionalisme Islam, Muhammadiyyah tidak menggunakan cara-cara
otoriter, melainkan dengan menggunakan pendekatan yang lebih rasionalis. Dengan
pendekatan seperti inilah Muhamadiyah melawan berbagai paktek keagamaan yang
tidak ada aturannya dal;am Al-Qur'an maupun As-Sunnah Nabi, misalnya dalam
melawan dalam berbagai macam praktek bid'ah, khurafat, tata cara perkawinan,
kematian, serta berbagai macam masalah gama lainnya. Contoh konkrit adalah
dalam acara penyampaian khutah jum'at dengan menggunakan bahasa arab,
Muhamadiyah merubahnya dengan bahasa yang mudah dipahami , yaitu bahhsa
sehari-hari, seperti Sunda, Jawa, Melayu dan sebagainya. Inilah salah satu
pendekatan rasionalistik yang dimaksud.
Selain
itu, di jawa barat perkembangan gerakan pemaharuan pemikiran Islam mempunyai
corak tersendiri. Pada tahun 1917 di Majalengka berdiri organisasi Persatoean
Oemat Islam (POI) yang didirikan oleh KH. Ahmad Halim. Sejak berdiri organisasi
itu, berbagai macam kegiatan keagamaan sering dilakukan, seperti mendirikan
sekolah-sekolah agama, dimulai dengan mendirikan Ibtidaiyyah, kemudian sekolah
guru Madrasah Muallimin pada tahun 1923. Bahkan berhasil pula sebuah perguruan
tinggi yang diberinama Santi Asrama.
Di
Bandung, terdapat gerakan lain yang mempunyai dasar yang sama dengan organisasi
Muhamadiyah dalam menegakan ajran-ajaran salaf serta berusaha mengembalikan
umat Islam kepada al-Qur'an dan As-Sunnah. Organisasi itu bernama Persatuan
Islam (PERSIS) yang didirikan pada 12 september 1923 oleh KH. Muhammad Zam-zam
dan KH. Muhammad Yunus yang keduanya berasal dari palembang. Persatuan Islam
berusaha keras mengembalikan umat Islam kepada tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah
Nabi, menghidupkan ruh jihad dan Ijtihad, membasmi bid;'ah, takhayul,
khurafat,syirik, taqlid buta, dan sebagainaya. Dengan cara tabligh dan dakwah
Islam kepada masyarakat serta mendirikan pesantren dan sekolah-sekolah untuk
mendidik para putra Muslim.
Pada
mulanya gerakan pembaharuan Islam ini mendapatkan perhatian umat Islam di
perkotaan, karena secara geografis dan cultural masyarakat kelas kota lebih
cepat berhadapan dengan pengaruh luar yang sedang berkembang pada akhir abad
ke19 dan semakin kuat pada abad ke20, mereka, masyarakat Islam kota itu
menempatkan dirinya sebagai kelompok pembaharu Islam. Dengan berdirinya
berbagai organisasi Islam pada awal abad 20, menunjukan betapa kuatnya pengaruh
pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia.
PENUTUP
Kesimpulan
Faktor
yang mempengaruhi bangsa Portugis mencari jalan ke kepulauan penghasil
rempah-rempah adalah faktor ekonomi dan agama.
Kondisi
umat Islam berada di bawah cengkraman penjajahan Belanda yang berusaha
menghancurkan kekuatan umat Islam untuk kepentingan politik penjajahannya
dengan merusak nilai-nilai dan norma-norma keagamaan telah menggugah para ulama
mujaddid (pembaharu) untuk melakukan gerakan menentang pengaruh-pengaruh
kehidupan barat yang telah merasuk dalam segala aspek kehidupan rakyat.
Organisasi
gerakan pembaharuan yang pertama muncul dan paling menentukan pada waktu itu
adalah organisasi pendidikan yang dikelola oleh masyarakat Arab-Indonesia yang
prihatin terhadap situasi pendidikan Islam yang dikuasai oleh pemerintahan
Kolonial Belanda.
Komentar
Posting Komentar